Selasa, 10 Juli 2012

Prefiks {N-} dalam Bahasa Madura

.

Bentuk, Fungsi, dan Makna
Prefiks {N-}
dalam Bahasa Madura


Disusun sebagai bahan tugas mata kuliah Morfologi
Dosen Pengampu : E. A. A Nurhayati


Oleh :

Alifi Latifun Nisa’ Karaman (03)


Mahasiswa Jurusan PBSI

STKIP PGRI Sumenep

Tahun ajaran 2011-2012



Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
Pada umumya kata di dalam bahasa Indonesia terdiri atas bentuk dasar dan bentuk jadian. Sebuah bentuk jadian dapat dibentuk dari dua macam bentuk dasar, yakni : (1). Bentuk dasar yang tanpa imbuhan, contohnya : mandi, marah, murah; serta (2). Bentuk dasar yang maknanya dapat ditentukan hanya apabila bentuk dasar itu telah diberi imbuhan, contohnya : temu, juang.
Salah satu alasan mengapa “bahasa Indonesia itu keren” adalah karena pembentukan kata dalam bahasa Indonesia cukup mudah dan berpola. Imbuhan atau afiks adalah alat bantu penting dalam proses tersebut yang dapat mengubah fungsi, bentuk, serta makna suatu kata. Ada tiga jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia, yaitu awalan (prefiks), sisipan (infiks), dan akhiran (sufiks).
Namun disini penulis akan membahas mengenai bentuk, fungsi, dan makna Prefiks{N-}, tetapi dalam bentuk bahasa Madura. Dimana dalam bahasan kali ini, mengaitkan antara morfologi dan fonologi. Yang dalam linguistik, kaitan antara morfologi dan fonologi disebut dengan morfofonemik. Yaitu, proses perubahan fonem atau bunyi yang terjadi akibat proses pembentukan kata atau proses morfologi.

1. Deskripsi bentuk prefiks {N-} dalam bahasa Madura
Prefiks {N-} akan berupa prefiks {Ng-} jika diikuti kata dasar yang diawali salah satu dari lima vokal (a, e, i, o, u), contoh : bentuk dasar angka’ jika diawali oleh prefiks {N-} akan berubah menjadi ngangka’, atau lima huruf lain : g, dan k, contoh : bentuk dasar kakan jika diawali oleh prefiks {N-} akan berubah menjadi ngakan. Tetapi, prefiks {N-} akan berubah bentuk menjadi :
1. Tetap {N-} jika diikuti kata dasar berawalan c, d, j, t. Contoh : toles menjadi noles.
2. {M-} jika diikuti kata dasar berawalan b, p.Contoh : biggi’ menjadi miggi’, pokol menjadi mokol.
3. {Ny-} jika diikuti kata dasar berawalan s. Contoh : soroy menjad nyoroy, nyassa.

Bentuk dasar yang diawali dengan konsonan k, p, t, dan s akan mengalami peluluhan atau penghilangan huruf tersebut jika diberi prefiks {N-}, misalnya noles, nobi’, nyoroy. Peluluhan ini tidak terjadi jika huruf pertama k, p, t, atau s pada kata dasar tersebut diikuti oleh konsonan juga (konsonan ganda). Peluluhan juga tidak terjadi terhadap kata-kata yang berasal dari bahasa asing yang dianggap belum diserap sempurna.
Prefiks {N-} akan berubah pula menjadi {Ng-} jika hanya diikuti oleh kata dasar yang terdiri dari satu suku kata (ekasuku) sehingga diberi penambahan huruf “e” dan mengalami perubahan bentuk menjadi {Nge-}, misalnya ngebom, ngecat, ngelas, serta ngerem.

Pada kenyataannya, dalam proses morfonemik, prefiks {N-} dapat berwujud :
Contoh : a. Prefiks {N-}(Konsonan nasal) + soroy (apikoalveolar) menjadi nyoroy (Nasal medio-palatal)dan mengalami Asimilasi regresif

“N” pada prefiks {N-} merupakan konsonan nasal dimana konsonan nasal adalah konsonan yang dihasilkan apabila arus udara yang akan keluar dari mulut tertutup. Sedang “s” pada bentuk dasar “soroy” termasuk apikoalveolar yakni konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulatornya dan gusi sebagai titik artikulasinya. Sehingga mengalami peluluhan {Ny-} menjadi “Nyoroy” sehingga menghasilkan konsonan nasal medio-palatal, yakni konsonan yang dihasilkan oleh tengah lidah dengan langit-lagit keras. Serta mengalami pengaruh bunyi asimilasi regresif, dimana merupakan pengaruh bunyi yang arahnya kebelakang.

“N” pada prefiks {N-} merupakan konsonan nasal dimana konsonan nasal adalah konsonan yang dihasilkan apabila arus udara yang akan keluar dari mulut tertutup. Sedang “b” pada bentuk dasar “biggi’ ” termasuk bilabial yakni konsonan yang dihasilkan oleh bibir bawah sebagai artikulatornya dan bibir atas sebagai titik artikulasinya. Sehingga mengalami peluluhan {M-} menjadi “miggi’ ” sehingga menghasilkan konsonan nasal hambat bilabial, yakni konsonan yang dihasilkan oleh persentuhan bibir bawah dan bibir atas. Serta mengalami pengaruh bunyi artikulasi penyerta glotalisasi, dimana merupakan pengaruh bunyi glotis yang tertutup rapat saat bunyi primer diartikulasikan.


2. Fungsi prefiks {N-} dalam bahasa Madura
Prefiks {N-} berfungsi sebagai pembentuk kata kerja (verba) aktif, baik transitif (memerlukan objek) maupun taktransitif (tidak memerlukan objek). Dan proses pembentukan tersebut seperti contoh :
a. Prefiks {N-} + soroy menjadi nyoroy
Bentuk dasar Kata kerja

Bentuk dasar ≠ bentuk jadi, sehingga mengalami fungsi derivatif yakni mengubah kategori/kelas kata.

b. Prefiks {N-} + biggi’ miggi’
Bentuk dasar Kata ganti

Bentuk dasar = bentuk jadi, sehingga mengalami fungsi inflektif yakni tidak mengubah kategori/kelas kata.


3. Makna prefiks {N-} dalam bahasa Madura
Prefiks {N-} dalam bahasa Madura memiliki pertalian makna dengan prefiks {a/e-} dalam bahasa Madura, sebagai bentuk pasifnya (ngangka’ dan eangka’) serta prefiks {Ny-} bertalian makna dengan prefiks (Pan-} sebagai bentuk nominanya (nyassa dan panyassa).
Prefiks {N-} dalam bahasa Madura memiliki makna :
1. Menjadi. Contoh : koneng ngoneng
2. Sebagai/menyerupai/melakukan tindakan aktif. Contoh : nyopir, nyassa, nyoroy.
3. Makan atau minum. Contoh : ngopi, ngeteh, ngakan.
4. Mengeluarkan bunyi. Contoh : ngeong, ngaum.
5. Dasar verba. Contoh : noles, ngajar.
6. Membuat atau menghasilkan. Contoh : ngokor, ngobur.
7. Menyatakan. Contoh : ngako.
8. Dasar pronomina. Contoh : miggi’.

2 comments

zainurridha mengatakan...

klu udh ad postingan kya gini....
jmin generasi brikutnya gk bakalan susah adik kelas nyari tugas....

Gatot prakoso mengatakan...

TAMBAHIN lagi dong beserta kalimat dan artinya

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar