Minggu, 08 Juli 2012

ASPEK-ASPEK AGAMA ISLAM

.

Di dalam Agama Islam ada tiga aspek atau tiga bagian terpenting, yang terkait antara satu sama lain. Baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara tersurat maupun yang tersirat. Secara sadar maupun tidak sadar. Yaitu ajaran akidah, syariat dan akhlak. Siapa yang ingin beragama Islam atau siapa saja yang ingin melaksanakan ajaran Islam di dalam kehidupan, wajib mempelajari ketiga-tiga aspek atau bagian yang ada di dalam ajaran Islam ini. Wajib dipelajari ilmunya, diyakini, dihayati dan juga diamalkan.
Kalau satu aspek saja kita terima dan pelajari tetapi meninggalkan aspek-aspek yang lain, ia sangat cacat dan timpang. Katalah kita pelajari akidahnya saja serta diyakini dengan meninggalkan aspek-aspek yang lain, seolah-olah Islam itu agama ketuhanan dan Tuhan tidak mempunyai peraturan dan peranan. Kalau syariatnya saja yang kita terima dan menolak pula aspek-aspek yang lain, Islam itu sudah seolah-olah Islam seperti ajaran ideologi. Manakala kalau akhlaknya saja diterima dengan meninggalkan aspek-aspek yang dua lagi, seolah-olah Islam itu hanya ajaran etika di dalam pergaulan atau etika kerja.


Pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai Aqidah saja, kita akan membahas soal akidah lebih dalam lagi mulai dari pengertian aqidah sampai pada sumber-sumber aqidah itu sendiri.
A. Pengertian Aqidah
Menurut bahasa aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqidatun yang berarti ikatan, perjanjian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi ‘aqidah yang berarti keyakinan. Relevansi anrata ‘aqadah dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian . Aqidah itu adalah sesuatu hal yang pertama kali diserahkan kepada Rasulullah kepada manusia untuk dipercayai dalam tahapan pertama daripada tahapan dakwah islamiyah dan merupakan seruan setiap Rasul yang diutus Oleh Allah SWT.
Sedangkan dalam istilah aqidah berarti sebagai segala keyakinan yang ditetapkan oleh islam yang disertai dalil-dalil yang Qo’it (pasti) .
Aqidah dalam Al-Qur’an dapat di jabarkan dalam surat (Al-Maidah, 5:15-16) yang berbunyi.
                                          
Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan[408].
Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus .
[408] Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan kitab Maksudnya: Al Quran.
Dalam surat Al-Haj juga diterangkan bahwa dengan Al-qur’anlah mereka dapat menyakini bahwa Allah adalah pemberi petunjuk bagi seluruh umatnya didalam dunia ini.
              •        
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (Al-Haj 22:54)
Pembenahan aqidah merupakan asas dasar Dienul Islam. Tidaklah berlebihan sebab syahadat Laa Ilaaha Illallah Muhammadur Rasulullah merupakan rukun Islam yang pertama. Dan para rasul pertama kali menyeru kaumnya untuk membenahi aqidah mereka. Sebab aqidah merupakan dasar pondasi seluruh amal ibadah dan perbuatan yang dilakukan. Tanpa pembenahan aqidah amal menjadi tiada berguna. Allah Swt berfirman.
ولَوْ أشرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.( Al-An’am:88)
Akidah memiliki kedudukan yang sentral dan fundamental, karena menjadi dasar yang paling pokok dalam segala sesuatu di dalam ajaran Islam. Karena itu, akidah atau keimanan sangat menentukan posisi seorang Muslim. Akidahlah yang membedakan seorang Muslim dan kafir, seorang yang mengesakan Tuhan (muwahhid ) dan yang menyekutukan Tuhan ( musyrik ).
Akidah ini merupakan unsur yang paling esensial dan paling utama dalam Islam, meliputi segala hal yang bertalian dengan keimanan seorang Muslim. Karena itu di dalam Al-Quran, akidah disebut dengan istilah iman.
Unsur paling penting dari akidah ialah keyakinan yang bulat dan mutlak bahwa Allah itu Esa, tidak berbilang. Al-Quran mengungkapkan :
                •  
Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS Al-Ikhlash [112] :1-4)
Keyakinan yang bulat dan mutlak itulah yang menjadi intisari akidah Islam; yang tercermin dalam kalimat syahadah “La ilaha illallah” ( Tiada Tuhan selain Allah ). Dari kalimat syahadah ini kemudian melahirkan keyakinan yang mengakui adanya wujud Allah, sifat-sifat-Nya, hukum-hukum-Nya, dan kekuasaan-Nya. Pokok akidah ini dengan sendirinya akan mencakup kepercayaan-kepercayan yang lain, seperti kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kebangkitan, dan takdir-Nya, seperti yang tercakup dalam rukun iman.
Kalimat syahadah itu adalah kunci pembuka bagi seseorang untuk menyatakan diri masuk Islam dan kunci penutup bagi seseorang dalam akhir hayatnya di dunia. Bahkan Rasulullah SAW menyatakan bahwa kalimat tawhid itu menjadi kunci untuk memasuki surga:
“Siapa yang menyatakan pada akhir hayatnya ‘tidak ada Tuhan selain Allah’ , akan masuk surga” (HR At-Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad bin Hanbal ).
Maksud dari hadits diatas, apabila di saat seseorang sedang dalam keadaan sakaratul maut dia mengucapkan “La ilaha illallah”, maka Allah akan mempermudah jalan keluarnya ruh dari dari dalam raganya dan menjaminnya masuk syurga.
Selain akidah, ajaran Islam mengandung aspek pokok lainnya , yaitu syariah, dan akhlak. Aspek akidah merupakan aspek yang paling pokok dalam Islam dan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan (keimanan) . Akidah yang kuat akan dapat membuat syariah dan akhlak tumbuh dengan baik dan kokoh. Karena itu , akidah menjadi langkah pertama dan paling awal yang harus dimiliki oleh seorang Muslim.
Akidah merupakan aspek yang harus dimiliki lebih dahulu sebelum yang lain-lain. Akidah itu harus bulat dan penuh, tidak ada keraguan di dalamnya. Akidah yang benar adalah akidah yang sesuai dengan keterangan-keterangan yang jelas dan tegas yang terdapat dalam Al-Quran dan hadis. Akidah ini merupakan hal yang utama dan pertama yang harus ditanamkan.
Untuk menjadi seorang Muslim yang sejati diperlukan tiga hal, yaitu : keyakinan kepada Allah dan rasul-Nya, perbuatan yang sesuai dengan keyakinannya, dan kesadaran akan hubungan dengan Allah.
B. Kedudukan Aqidah dalam Islam
Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya, sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq, adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh dan hancur berantakan.
Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Allah swt berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
Artinya: “Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
Allah swt juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِّنَ الْخَاسِرِينَ.
Artinya: “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi sebelummu, bahwa jika engkau betul-betul melakukan kesyirikan, maka sungguh amalmu akan hancur, dan kamu benar-benar akan termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. az-Zumar: 65)
Mengingat pentingnya kedudukan aqidah di atas, maka para Nabi dan Rasul mendahulukan dakwah dan pengajaran Islam dari aspek aqidah, sebelum aspek yang lainnya. Rasulullah saw berdakwah dan mengajarkan Islam pertama kali di kota Makkah dengan menanamkan nilai-nilai aqidah atau keimanan, dalam rentang waktu yang cukup panjang, yaitu selama kurang lebih tiga belas tahun .
Dalam rentang waktu tersebut, kaum muslimin yang merupakan minoritas di Makkah mendapatkan ujian keimanan yang sangat berat. Ujian berat itu kemudian terbukti menjadikan keimanan mereka sangat kuat, sehingga menjadi basis atau landasan yang kokoh bagi perjalanan perjuangan Islam selanjutnya. Sedangkan pengajaran dan penegakan hukum-hukum syariat dilakukan di Madinah, dalam rentang waktu yang lebih singkat, yaitu kurang lebih selama sepuluh tahun. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita mengenai betapa penting dan teramat pokoknya aqidah atau keimanan dalam ajaran Islam.


DAFTAR PUSTAKA

 Aziz, RS Abdullah, Drs. Dkk. 1997. Aqidah Akhlaq. Semarang: CV. Wicaksana
 Abd. Aziz. 2010. Akidah, Ikatan Perjanjian Manusia dengan Tuhannya, (online), (http://abdaz.wordpress.com/2010/01/04/akidah-ikatan-perjanjian-manusia-dengan-tuhannya/ diakses 20 November 2011)
 Rabbani. 2011. Pengertian-Dan-Kedudukan-Aqidah-Dalam-Islam, (online), (http://rabbani75.wordpress.com/2011/10/13. diakses 20 November 2011)

0 comments

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar